Travelmate Ideal

Travelmate: it’s the people you spend time with along the way.

Inilah cara saya mengartikan sebuah kata “travelmate”. Adalah mereka orang-orang yang terlibat dalam sebuah perjalanan bersama kita, menikmati keindahan sebuah tempat wisata bersama. Bisa juga berupa sebagai teman berbagi biaya, berbagi rasa, berbagi semua, selama sebuah perjalanan. Ya, bisa jadi mereka adalah orangtua, teman, pasangan, atau bahkan mereka yang tanpa sengaja kita jumpai dalam sebuah petualangan, merasa cocok, kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama.

Seperti halnya mereka yang percaya, saya pun juga mengamini bahwa kualitas sebuah perjalanan turut ditentukan oleh “bersama siapa kita melakukan perjalanan tersebut”. Ya, sebagai teman berbagi, “travelmate” tentu memberikan dampak yang signifikan bagi kualitas perjalanan kita. Seperti kata pepatah, “shared joy is double joy and shared sorrow is half-sorrow ”. Rasa bahagia ketika menatap sebuah pemandangan matahari terbit dari puncak bukit, tentu akan terasa berlipat jika dinikmati bersama travelmate yang mempunyai kesamaan visi dengan kita. Dan kesedihan, apalagi rasa takut karena tersesat di antah berantah dan di kegelapan malam yang mencekam, tentu akan berkurang apabila kita memiliki travelmate yang selalu setia ada untuk berbagi rasa bersama. Seru bukan? Tetapi tentu berlaku pula hal yang sebaliknya. Bahwa “shared joy is half-joy and shared sorrow is double sorrow” apabila kita melakukan perjalanan bersama travelmate yang tsk, tidak sehati. 😀

Di beberapa kesempatan traveling, tidak jarang saya melibatkan mereka “travelmate” dalam sejarah kisah petualangan saya. Bersama keluarga, kelompok asing dalam satu group tour, join trip sebuah komunitas, teman-teman, sahabat, atau seseorang yang sedang dalam penjajakan hubungan; sejauh mereka terlibat dalam perjalanan saya, merekalah travelmate.

Masing-masing dari mereka meninggalkan kesan tersendiri di hati. Memberikan pengalaman yang berbeda di tiap tetesnya. Hahaha…

Dalam sebuah kesempatan traveling bersama keluarga, ada beragam rasa yang tersedia. Apalagi ketika usia saya masih dianggap belum dewasa, dan masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tua, tentu hal ini menjadi sangat menyenangkan bagi saya! Bagaimana tidak, traveling ke sebuah tempat wisata, tanpa perlu mengeluarkan sepeserpun biaya. Bahkan untuk membeli souvenir pun mama memberikan uangnya. Hahaha… sungguh luar biasa. Namun, walaupun terasa sangat menyenangkan, saya juga tidak mengatakan bahwa sepenuhnya traveling bersama keluarga itu enak. Karena ada batas-batas dan norma-norma tertentu yang dipegang erat oleh keluarga. Dan sebagai anak gadis satu-satunya yang cantik jelita, tentulah saya harus pintar-pintar menjaga diri agar selalu terlihat, ehhmm.. memesona dan berwibawa. So, ketika traveling bersama keluarga, maka tak akan ada cerita tentang berjemur di pantai dan mengenakan bikini seadanya. Hahaha…

Berbeda lagi ketika melakukan traveling bersama sekumpulan orang dalam sebuah ikatan tur. Sudah jelas di benak, apa yang paling menyenangkan dari menjadi bagian sebuah grup tur. Dengan sudah diaturnya semua hal mendetail tentang perjalanan tersebut, membuat kita tidak perlu repot lagi masalah ini itu. Nah, hal ini pasti akan memberikan kenyamanan pada kita. Less to worry, namun terkadang kita juga jadi pintar mengumpat, hahaha.. mulai dari mengumpat si agen tur yang terkadang gagal menepati janji-janji manisnya, sampai mengumpat teman tur yang sering terlambat datang kembali ke meeting point ketika sedang asik berbelanja. Hahaha…

Namun, dengan teman perjalanan yang terkadang berjumlah banyak juga biasanya akan memberikan kisah menarik tersendiri, seperti dengan tersedianya pertolongan yang melimpah untuk sebuah pengambilan gambar. “Eh, tolong fotoin saya disini dongggg” 😀

Nah, lain halnya ketika melakukan perjalanan bersama sahabat. Inilah jenis orang yang akan sangat seru untuk diajak berjalan bersama. Apalagi jika kita adalah tipe sanguinis yang sangat menikmati kebersamaan bersama sahabat. Duka pun akan terasa bahagia. Dan prinsip “happiness only real when shared” akan benar-benar terasa. Berlari menerjang ombak bersama dan saling melempar pasir pantai, tentu akan menjadi kebahagiaan yang tak akan pernah terlupakan. Mengukir sensasi dan melakukan kegilaan yang tentunya akan memancing gelak tawa bila diceritakan ulang, lima atau sepuluh tahun mendatang. 😀

Walau tidak melulu kesenangan yang datang menghampiri, bersi tegang atau beda pendapat bisa semakin mendekatkan kita dengan kawan. Dengan intensitas dan level berbagi yang sangat tinggi membuat banyak hal terkuak yang sulit terungkap bila tidak dilakukan dengan rasio rutin. “Pendekatan untuk mengetahui lebih jauh terhadap seseorang”, kalau saya bilang.

Bertualang bersama pasangan atau orang yang sedang dalam tahap pendekatan. Jujur saja, traveling berdua seperti ini bisa jadi sangat menyenangkan, tapi juga terkadang bisa berubah menjadi sangat sulit. Ada ego yang harus dihilangkan. Mengalah terhadap pasangan. Tetapi, tidak selamanya kita bisa mengalahkan ego sendiri bukan? Banyak kejadian, dimana mereka yang pada awalnya baik-baik saja, terlihat sebagai kawanan yang serasi, tetapi ketika melakukan perjalanan bersama, akhirnya pulang dengan bekas atau bahkan luka. Yep, travel can strengthen the attachment of couples, or break longstanding bonds between them. Traveling bersama pasangan, seperti bisa membuka dengan jelas akan sifat dan karakter sesungguhnya, apalagi jika melibatkan kelelahan dan tense dalam kisah petualangan tersebut.

Dan ketika semua sudah terbuka, maka ada pilihan yang harus kita ambil, yaitu kecewa dan menyerah terhadapnya, ataupun menerima dia apa adanya. “You don’t really know about someone, until you travel with him/her

Pengalaman perjalanan saya, telah mengajarkan saya untuk lebih berpikiran terbuka terhadap sifat dan karakter manusia. Membuat saya menjadi lebih bertoleransi terhadap sesama. Pengalaman perjalanan saya telah memberikan saya banyak kenangan dan juga banyak kesan. Baik itu yang menyenangkan, ataupun yang tak mengenakkan. Tapi walaupun begitu, saya selalu bersyukur karena pernah merasakannya. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik?

Namun, siapakah yang menjadi teman perjalanan “ideal” bagi saya?

Pengalaman dari perjalanan membuat saya memedomani satu hal: bila saya sedang mau untuk melanglang buana, ada baiknya dahulu saya mengetahui apa yang menjadi landasan traveling saya saat itu. Bila ditemani seseorang adalah yang saya harapkan, carilah teman! Bila demi memuaskan haus jiwa untuk bertualang, bawalah sebuah tas yang memudahkan perjalanan, bukan menyulitkan. Bila untuk melepas kepenatan dan bertekad untuk membawa pulang semangat jiwa yang baru, bawalah diri saya terus bersama saya dan bertekad untuk mendapatkan “sesuatu” itu pada perjalanan kali ini; terbukalah.

Bagi saya, teman perjalanan yang ideal adalah “diri saya sendiri yang ingin saya penuhi dengan luapan pengalaman perjalanan yang berwarna warni”.

Travel only with thy equals or thy betters; if there are none, travel alone.”

Jadi bukanlah sebuah tren atau mainstream belaka untuk membawa pulang kisah “eh saya baru jalan-jalan dari sana loh, disana ada blablabla, saya pergi kesana bersama blablabla” untuk diceritakan ke kawan dari sebuah perjalanan. Bukan bersama siapanya yang akan membuat kisah perjalanan itu keren, tapi apa yang didapatkan dari perjalananlah yang memiliki manfaat, paling tidak untuk diri masing-masing.

Jadi, penuhilah diri kalian dengan warna-warni pelangi sebuah perjalanan (read: travel). Diri kalian..

——–

Greace, si Sagittarius pencinta makanan manis yang bila sedang bertualang selalu berpedoman pada:

“to travel with a humble heart and open mind will teach you tons lesson of life”.

Bila hidup sendiri sudah banyak diindikasikan oleh kebanyakan orang sebagai sebuah perjalanan yang akan memberikan banyak pelajaran, tidak cukup semua pelajaran itu saya sebut “banyak”. Karena bagi saya, ketika sedang melanglang buana dan mencapai titik seimbang dan berpijak pada ‘titik tenang’, disitulah sesungguhnya saya bisa belajar “banyak”. Ya, saya si pecinta jalan-jalan yang menemukan keseimbangan hidupnya pada saat bertualang. 🙂

Salam kenal, para pecinta perjalanan!

*Temui Greace di Greace Explores dan simak cuap-cuapnya di @greaceal